Didi Kempot, sang penyanyi campursari yang dijuluki "The Godfather of Broken Heart" atau "Bapak Patah Hati Nasional", kali ini benar-benar membuat para penggemarnya patah hati untuk selamanya. Bukan dengan rilis lagu terbarunya, tapi dengan kepergiannya untuk selamanya.
Setelah beberapa waktu yang lalu Glenn Fredly, sekarang sang GodFather of Broken Heart tutup usia. Adik dari Mamiek Prakoso Srimulat, meninggal pada Selasa, 5 Mei 2020 karena serangan jantung.
Didi Kempot terlahir sebagai Dionisius Prasetyo; lahir di Surakarta, 31 Desember 1966, adalah seorang penyanyi dan penulis lagu campursari, Didi Kempot merupakan putra dari seniman tradisional terkenal, Ranto Edi Gudel yang lebih dikenal dengan nama Mbah Ranto.
Nama panggung Didi Kempot merupakan singkatan dari Kelompok Pengamen Trotoar (KEMPOT), ditempelkan lah pada nama panggilannya Didi. Jadilah Didi Kempot.. Meninggal diusia 53 tahun, sang maestro meninggalkan ratusan karya yang melegenda mulai dari kalangan anak muda hingga kalangan tua. Didi Kempot sempat merilis lagu terakhir berjudul 'Ojo Mudik' yang berisi himbauan untuk tetap di rumah di tengah pandemi Corona
Rekam jejak hidupnya sebagai musisi yang besar di jalanan memang membuat Didi Kempot menjadi sosok yang dekat dengan masyarakat bawah. Itu pula sebabnya, hampir seluruh lagu-lagunya selalu menceritakan tentang kehidupan masyarakat bawah. Lagu-lagu asmara atau patah hati yang ia nyanyikan hampir selalu mengambil fragmen percintaan yang melibatkan insan-insan melarat yang tak sentosa.
Lagu-lagu Didi Kempot benar-benar mewakili kegagalan asmara orang-orang miskin. Sudahlah miskin, gagal pula asmaranya. sakno :(, Apesnya dobel. Dan kepada Didi Kempot lah orang-orang yang apesnya dobel itu bisa mewakilkan suara perasaannya melalui lagu.
Tengoklah sepenggal lirik lagu “Aku dudu rojo” yang menjadi salah satu lagu andalan radio-radio di pelosok daerah itu: Aku pancen wong cilik ra koyo rojo, Iso mangan wae aku uwes trimo. Sebuah titik kepasrahan yang sangat paripurna.
Atau tengoklah lagu “Cidro” yang legendaris itu: Opo mergo kahanan uripku iki, mlarat bondo seje karo uripmu. Ia membawa disparitas ekonomi dalam jalinan kisah asmaranya yang gagal.
Di tangan Didi Kempot, dua kombinasi maut penderitaan, yakni kemiskinan dan patah hati, bisa disulap menjadi sebuah seni bernilai tinggi.
Lagu-lagu Didi Kempot bukan lagu patah hati biasa. Ada magis yang besar di dalamnya. Ada perasaan remuk redam yang ikut menyusup ke dalam relung perasaan saat kita mendengarkan lagu-lagunya. Liriknya-lirik lagunya seolah tak rela jika hanya sekadar keluar dari mulut, ia harus juga harus masuk dan bergerilya ke dalam batin dan ingatan siapa saja yang mendengarkannya.
Lagu ciptaan beliau seperti mewakili setiap perasaan seseorang yang mendengarkannya. Terlebih lagi kaum milenial yang sedang ambyar karena putus cinta, yang hatinya hancur berkeping- keping karena ditolak cintanya atau sedih ketika banyak orang tidak tahu kemauannya.
Misalnya lagu ciptaan Didi Kempot yang berjudul Stasiun Balapan dirilis pada 1999. Dimana seseorang yang memiliki kenangan mengantarkan kekasihnya pergi di sebuah stasiun . Namun janji sang kekasih untuk pergi sebulan ternyata diingkari, sang kekasih malah pergi tanpa kabar ,
Janji lungo mung sedelo
Jare sewulan ra ono
Pamitmu naliko semono
Ning stasiun balapan solo
Jare lungo mung sedelo
Malah tanpo kirim warto
Lali opo pancen nglali
Yen eling mbok enggal bali.
(Stasiun Balapan, Didi Kempot)
Gimana gak trenyuh coba jika kamu ngalamin hal semacam itu :( .
Tidak hanya lagu Stasiun Balapan saja yang begitu ambyar karena ditinggal kekasihnya. 'Tanjung Mas Ninggal Janji' , 'Sewu Kutho' dan 'Terminal Tirtonadi' juga memilki kisah yang sama.
Masih banyak lagi lagu ciptaan beliau yang begitu ambyar dan sangat mewakili kegalauan kaum milenial , terutama yang hatinya sedang tidak baik-baik saja.
Tidak hanya lagu bertemakan galau atau ambyar, banyak juga lagu Didi Kempot bertemakan bahagia , salah satunya berjudul 'Cintaku Sekonyong-konyong Koder'. Tentu sudah banyak yang tak asing dengan judul ini karena sampai sekarang masih saja populer terlebih lagi di tanah Jawa.
Sebetulnya ini lagu sedikit bingung dimasukkan kemana karena dari nadanya bahagia tapi dari segi cerita ada unsur penghianatannya, sementara dari segi lirik lumayan menggelitik.
"Bir, temulawak, yen tak piker nek awak nganti rusak."
"Uler keket mlakune klogat kloget,"
"Lempermu pancen super, resik tur anti laler, tak ampiri ayo tak jak muter muter"
******
Kita semua , Sobat Ambyar boleh berduka, namun lagu-lagu Sang Godfather kan terus menggelora dalam diri kaum patah hati di segala zaman.
Selamat jalan Didi Kempot. Terima kasih atas seluruh dedikasi Pakde di industri musik tanah air khususnya campur sari. Selamat jalan Dionisius Prasetyo, karya-karyamu akan selalu hidup di hati kami.
Semoga Allah SWT menerima segala amal kebaikan dan mengampuni dosa-dosanya. Husnul khotimah, Alfatihah..