Hampir setiap hari kita dicekoki tontonan tayangan televisi, yang mengisahkan hubungan buruk antara mertua dan menantu.Di mana sosok menantu itu jahat atau sebaliknya. Hubungan buruk mertua dan menantu seolah hal yang lumrah terjadi di masyarakat.
Menjadi mertua dan menantu adalah garis takdir yang pasti akan kita jalani. Jika saat ini kita menjadi menantu, maka suatu hari kita juga akan menjadi seorang mertua. Seharusnya hal ini harus kita ingatkan pada diri kita.
Dalam Islam hubungan mertua dan menantu sampai kapan pun tidak akan terputus jika pasangan suami isteri telah berhubungan badan. Walaupun hubungan suami istri akhirnya terpisah karena perceraian atau pun meninggal dunia.
Itu artinya antara mertua dan menantu tidak ubahnya seperti orang tua dan anak.
Biasanya hubungan tidak akur terjadi pada jenis kelamin yang sama, misalnya ibu mertua dengan menantu perempuannya.
Hal ini mungkin saja terjadi karena sang Ibu sangat menyayangi puteranya dan overproktektif. Ia berpikir menantunya tidak bisa menyayangi putranya sebaik dirinya. Beliau juga merasa posisinya di hati sang anak akan tergantikan oleh menantunya ini.
Alangkah baiknya jika berada dalam kondisi seperti ini, anak berbicara dengan ibunya dari hati ke hati. Meminta pengertian dan meyakinkan sang ibu, bahwa cinta ibu tak kan terganti oleh hadirnya sang istri. Juga jangan sungkan untuk memberi pengertian bahwa menantu adalah anak, yang harus disayangi, ditegur jika membuat kesalahan dan diberi tahu jika tak mengetahuinya.
Selain itu ada rasa cemburu di antara keduanya, merasa diri lebih penting posisinya di mata sang anak (suami). Seandainya sangat anak bisa menengahi, rasa cemburu antara istri dan ibu akan bisa diminimalisir.
Hubungan harmonis antara mertua dan menantu bukanlah hal yang mustahil, jika saja keduanya menerapkan hal-hal berikut ini:
1. Saling Menghormati dan Menyayangi
udah menjadi hukum alam bila yang muda menghormati yang tua, dan yang tua menyayangi yang muda. Hal ini juga berlaku pada hubungan antara mertua dan menantu.
2. Saling Menghargai Kedudukan Masing-Masing
Seyogyanya keduanya menyadari kedudukan masing-masing, dan menempatkan diri pada posisinya. Mertua adalah orang tua bagi menantu dan menantu adalah anak bagi mertua. Antara orang tua dan mertua keduanya adalah sama tiada bedanya. Demikian pula dengan menantu dan anak sendiri, keduanya sama-sama anak yang harus disayangi, diarahkan, dan dinaungi.
Antara mertua dan menantu mempunyai posisi yang berbeda, dan tak seharusnya saling memperebutkan posisi di samping anak (suami atau istri) karena keduanya mempunyai peran yang berbeda.
3. Bangun Empati
Cobalah untuk memahami perasaan orang lain. Orang lain yang dimaksud disini adalah mertua/menantu. Jika kamu saat ini tengah menjadi seorang menantu, cobalah berempati dengan merasakan jika kamu seorang mertua. Demikian juga sebaliknya. Dengan begitu kita bisa melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda.
4. Membangun Komunikasi yang Baik
Komunikasi bisa terjalin karena seringnya berinteraksi. Meskipun tempat tinggalnya jauh, bisa sesekali menelepon atau ngobrol saat bertemu.
5. Memberi Perhatian
Tujukan perhatian pada mertua atau menantu. Tentu perhatian ini harus dari hati agar sampai pula ke hati yang dituju.
6. Sopan Santun
Jangankan kepada mertua, kepada siapa pun kita harus menjaga adab dan sopan santun. Sikap santun ini nantinya kita juga yang akan merasakan timbal baliknya. Karena sejatinya sikap orang lain adalah respon terhadap sikap kita sendiri.
Nah itu dia bagaimana cara membangun keharmonisan antara mertua dan menantu. Jangan sampai kita terjebak pada statement bahwa mertua /menantu itu jahat seperti dalam sinetron. Sebab hubungan mertua dan menantu sama seperti halnya dengan hubungan orang tua dan anaknya.